Minggu, 24 Mei 2009

pengabdian seorang guru di kampung poe-pe, papua

Tak pernah terbayang di benak saya, kalau saya akhirnya akan tiba di kampung ini. sebuah kampung yang terletak di ujung selatan papua, kabupaten merauke.

Kampung Poe-pe. begitulah namanya. Kampung yang masuk wilayah distrik okaba.

Kami menempuh perjalanan yang cukup panjang untuk tiba di kampung ini. Dari jayapura kami menggunakan pesawatt merpati menuju merauke.

Perjalanan kami waktu itu, awal bulan februari 2007. Perjalanan ini juga merupakan bagian dari program kick andy metro tv. Ini sebuah penghargaan buat saya, karena tidak semua orang punya kesempatan...

Yang harus kami lakukan, saya dan kameraman metro papua tv saat itu (papua tv now) adalah meliput pengabdian seorang guru bernama frederik sitaung di kampung poe-pe.

Frederick Sitaung lahir dan besar di Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Setamat Sekolah Pendidikan Guru Rantepao tahun 1992, ia merantau ke Merauke menjadi guru. Pada tahun itu pula dia diterima sebagai calon pegawai negeri sipil, dengan tugas pertama mengajar di pedalaman Po-epe, Distrik Okaba.

Sejak saat itu Frederick belum pernah pindah tugas mengajar ke tempat lain. Padahal, kebanyakan guru yang mengajar di Poe-pe tak bertahan lama, rata-rata bertahan satu atau dua tahun. Sudah tujuh guru yang meminta pindah tugas dari Poe-pe selama 15 tahun Frederick di kampung itu (2007).

Di merauke setelah membuat planning untuk perjalanan kesana, di suatu hari yang gerimis kami pun berangkat menuju poe-pe menggunakan kendaraan roda dua. Saya dengan pak guru frederik, dan kameraman saya, fredy dengan saudara pak frederik.

Kami berangkat dari kota merauke pukul 11 wit. Perjalanan ini benar2 sulit tapi saya sangat menikmatinya.... kami harus melewati sejumlah jalanan yang rusak, rawa2, kali dan sungai...

Kendaraan kami 2 kali diangkut menggunakan belang (alat transportasi sejenis perahu jonson), untuk menyeberang sungai kumbe dan bian. saya dan pak frederik bahkan hampir terjatuh di dalam jalanan rawa yang airnya setinggi lutut orang dewasa.... tapi lagi-lagi saya harus mengakui kepiawaian pak frederik yang sudah terbiasa melewati jalan ini....

Kami tiba di distrik okaba pukul 6 sore. itu artinya kami menempuh perjalanan sekitar 7 jam dari kota merauke. Menurut pak frederik, perjalanan kami termasuk cepat, meski sekali singgah untuk makan, dan jalanan cukup kering karena seminggu ini jarang turun hujan...

hm.... kata pak frederik ini lumayan ??? oh..... sangat tidak buat saya..... lalu bagaimana kondisi jalan jika musim hujan ???? kata pak frederik, kita sering pikul motor.... oh..... tak terbayangkan oleh saya.....

Malam itu kami menginap di rumah keluarga pak frederik di distrik okaba... perjalanan kami lanjutkan pukul 5 dini hari.

Kami masih menempuh perjalanan sekitar 5 jam dan dilanjutkan dengan dua jam mendayung.. panas matahari membakar kulit walau sudah menggunakan jaket. Di dalam kano, saya tak berani bergerak, takut perahunya terbalik... hehehehe.... kami singgah di beberapa kampung untuk menjemput anan-anak sekolah.. seperti inilah keseharian pak frederik..

Akhirnya..... kami tiba juga di kampung poe-pe.. masyarakat sudah berada di tepian kali waktu kano kami merapat.. dengan ramah mereka menyambut kami.

sambil mengumpulkan warga yang lain, kami masuk ke rumahnya pak frederik.. rumah pak frederik tak beda jauh dengan rumah warga lainnya... dinding rumah dan atap dari pelepah pohon dengan lantai tanah.. saya sangat terharu melihat kehidupannya yang buat saya menjadi sangat "kecil".

Seluruh aktivitas seharian pak frederik kami dokumentasikan sebanyak mungkin.... kami tak ingin melewatkan satu pun....

sekolah tempat pak frederik mengajar sungguh sangat-sangat menyanyat hati..... sungguh sangat tidak layak..... lantai tanah, gedung yang bolong dan rusak dimana-dimana...

karena satu-satunya guru, pak frederik mengajar semua kelas.... sungguh guru yang sangat teladan dan patut diteladani semua guru kita di indonesia..

selain menjadi guru, pak frederik juga melayani masyarakat di gereja... dan membantu warga yang sakit dengan menyediakan obat-obatan... pak frederik juga merupakan satu-satunya orang pendatang di kampung poe-pe..

masyarakat di kampung poe-pe sangat sayang dengan pak guru frederik... mereka berharap pak frederik tetap mengajar di kampung mereka.

Pak frederik ternyata sudah sangat jatuh cinta dengan masyarakat di kampung poe-pe. dia mengatakan, akan tetap menjadi guru di Poepe sampai dipindahkan atau pensiun.

Didera kelaparan sepekan, nyaris dipanah orangtua murid, hingga gaji terlambat datang berbulan-bulan, tak membuatnya goyah... benar-benar pengabdian yang luar biasa....

selain pak Frederick, guru yang sebelumnya pak guru Papalangi (65), yang bertahan di Poepe. Berdua, mereka menjadi guru "tetap". Papalangi pensiun setelah mengajar 24 tahun. Dengan demikian, Frederick kini satu-satunya guru sekaligus kepala sekolah. Ia mengajar 51 murid dari kelas satu hingga enam.

tugas berat ini diemban pak frederik dengan penuh sukacita.. ia mengajar dengan kasih... dan mencintai masyarakat sepenuh hatinya.... dia pantas mendapatkan penghargaan....

pengalaman ke kampung poe-pe adalah pengalaman berharga dan sangat mahal buat saya.... meski harus menempuh perjalanan sekitar 21 jam menggunakan motor dengan medan yang berat, tapi saya mendapatkan pengalaman yang sangat mahal....

terimkasih pak frederik, terus berjuang untuk anak bangsa kita, terimalah salam kagum dan hormat saya...

saya bangga, ketika menyaksikanmu tampil di kick andy.... :)